KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah makalah ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini saya buat guna memperbaiki nilai Mata Kuliah Sosiologi dengan judul Sosialisasi dan Interaksi Sosial. Dengan ditulisnya makalah ini, Saya berharap dapat memberikan informasi mengenai sosialisasi dan interaksi sosial supaya lebih paham tentang agen sosialisasi, sosialisasi primer dan sekunder, interaksionisme simbolik, dan prinsip dramaturgi Goffman.
Dalam penyelesaian makalah ini, Saya sadar masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, Saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif,guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Tak lupa Saya mohon maaf atas ketidak sempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………......................ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………........................1
1.1 Latar Belakang……………………………… ………………1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………...2
1.3 Tujuan………………………………………….....................3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………...4
2.1 Definisi Sosialisasi………………………………………......4
2.2 Pemikiran Para Ahli Sosiologi………………………………5
2.3 Agen Sosialisasi……………………………..........................6
2.4 Kesepadanan Pesan Agen Sosialisasi yang Berlainan ……...8
2.5 Sosialisasi Primer dan Sekunder…………………………….8
2.6 Interaksi Sosial………………………………........................9
2.7 Interaksionisme Simbolik…………………………………....9
2.8 Goffman dan Prinsip-Prinsip Dramaturgi………………….12
BAB III KESIMPULAN………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA………
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap anggota baru dalam masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat, karena manusia berbeda dengan mahluk lain yang seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal hidupnya. Oleh karena itu sosialisasi dan interaksi sosial sangat dibutuhkan. Dalam sosialisasi, agen sosialisasi mempunyai pengaruh yang besar, meski pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi yang berbeda tidak selamanya sepadan. Untuk berinteraksi dengan manusia lain kita perlu mempelajari interaksi sosial. Atas dasar itulah Saya menyelesaikan makalah yang sederhana ini, semoga bisa menambah pengetahuan kita tentang sosialisasi dan interaksi sosial.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah :
1. Seberapa besarkah peran agen sosialisasi untuk anak?
2. Pengaruh interaksi terhadap kehidupan seseorang?
Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar kita lebih mengetahui secara mendalam tentang sosialisasi dan interaksi sosial yang tidak akan terpisah dari kehidupan kita.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Sosialisasi
Menurut Berger (1978) terdapat perbedaan penting antara manusia dengan makhluk lain. Jika makhluk lain seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal hidupnya, maka manusia merupakan makhluk yang tak berdaya pada saat lahir karena dilengkapi dengan naluri yang relative tidak lengkap. Oleh karena itu manusia harus memutuskan sendiri apa yang harus dimakannya dan kebiaasaan yang kemudian ditegakkannya menjadi bagian kebudayaannya. Setiap kelompok mempunyai keanekaragaman kebiasaan yang berbeda-beda, untuk itu setiap anggota masyarakat baru harus mempelajari seluruh keanekaragaman kebiasaan.
Berger kemudian mendefinisikan sosoalisasi”a process by with a child learn to be a participant member of society “ yaitu proses dimana anak mulai belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Pemikiran Para Ahli Sosiologi
Pemikiran Mead
Setiap diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat yang lain .Menurut Mead pengembangan diri manusia berlangsung melalui beberapa tahap yaitu tahap play stage,tahap game stage,dan tahap generalized other.
Tahap Play Stage
Tahap dimana seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada disekitarnya. Ia mulai menirukan peran yang dijalankan oleh orang tuanya, atau peran orang dewasa lain dengan siapa ia seriang berinteraksi. Namun pada tahap ini sang anak belum sepenuhnya memahami isi peran peran yang ditirunya itu.
Tahap Game Stage
Pada tahap ini seorang anak tidak hanya telah mengetahui peran yang harus dijalankanya, tetapi telah pula mengetahui peran yang harus dijalankan orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Contohnya dikala anak bermain sebagai penjaga gawang dalam pertandingan sepak bola, misalnya ia mengetahui peran yang harus dijalankan oleh pemain lain, wasit penjaga garis dan sebagainya.
Tahap Generalized Other
Pada tahap ini seorang anak telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peran orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Misalnya, selaku anak ia telah memahami peran yang dijalankan orang tua, selaku anak ia telah memahami perannya. Jika seorang telah mencapai pada tahap ini menurut Mead orang tersebut telah mempunyai suatu diri.
Pemikiran Cooley
Menurut Coleey konsep diri (self-consept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Oleh Cooley diberi nama Looking glass self . Nama demikian diberikan karena ia melihat analog pembentukandiri seseorang dengan perilaku seseorang yang sedang bercermin.
Menurutnya Looking glass self terbentuk melalui tiga tahap :
• Tahap pertama sesorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya.
• Pada tahap kedua seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya.
• Pada tahap ketiga seorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya.
Agen Sosialisasi
Fuller dan Jacobs (1973) mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utam yaiti : keluarga, kelompok bermain, media massa, dan system pendidikan. Meski klasifikasi ini dibuat untuk masyarakat Amerika, namun dapat diterapkan pula pada masyarakat kita.
Keluarga
Peran agen sosialisasi pada tahap awal ini ,terutama orang tua sangat penting.Arti pentingnya terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini.Untuk dapat berinteraksi dengan Significant others pada tahap ini seorang bayi belajar berkomunikasi secar verbal dan nonverbal, ia mulai berkomunikasi bukan saja melalui pendengaran dan penglihatan tetapi juga melalui panca indra lain terutam sentuhan fisik.
Kemampuan berbahasa ditanamkan pada tahap ini. Sang anak mulai mempunyai diri saat memasuki play stage dalam proses pengambilan peran orang lain. Ia mulai mengidentifikasikan diri sebagai anak laki-laki atau anak perempuan.
Teman bermain
Pada tahap ini seorang anak mempelajari berbagai kemampuan baru. Kalau dalam keluarga interaksi yang dipelajarinya dirumah melibatkan hubungan yang tidak sederajat, maka dalam kelompok bermain seorang anak belajar berinteraksi dengan orang sederajat karena sebaya. Pada tahap inilah seorang anak mempelajari ataran yang mengatur peran orang yang kedudukannya sederajat.
Sekolah
Disini seorang anak mempelajari hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga atau kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkan untuk penguasaan peran-peran baru dikemudian hari, dikala seorang anak tidak tergantung lagi pada orang tuanya.
Menurut Dreeben yang dipelajari anak disekolah disamping membaca menulis dan berhitung adalah aturan mengenai kemandirian (Independence), prestasi (achievement), univeralisme (univeralism), dan spesifitas (specifity). Pemikiran Dreeben ini dipengaruhi oleh dikotomi yang dikembangkan oleh Talcott Parsons.
Dari pandangan Dreeben kita dapat melihat bahwa sekolah merupakan suatu jenjang peralihan antara keluarga dan masyarakat. Sekolah memperkenalkan aturan baru yang diperlukan bagi anggota masyarakat, dan aturan baru tersebut sering berbeda dan bahkan dapat bertentangan dengan aturan yang dipelajari selama sosialisasi berlangsung dirumah.
Media Massa
Media massa di identifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayaknya. Pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa jenis elektronik seperti TV dapat mengarahkan khalayak kearah perilaku prososia;l maupun anti social.Kesadaran akan arti penting media massa bagi sosialisasi pun telah mendorong bagi para pendidikuntuk memanfaatkan media massa.. Dibanyak Negara misalnya TV digunakan untuk menayangkan siaran-siaran pendidikanyang bertujuan mempengaruhi pengetahuan, keterampilan dan sikap khalayaknya. Dalam masyarakat kita TVRI serta stasiun televise swasta punsecara teratur menayangkan acara-acara pendidikan.
Kesepadanan Pesan Agen Sosialisasi Berlainan
Pesan yang disampaikan oleh agen sosialisai berlaina tidak selamanya sepadan satu dengan yang lain.Apabila pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi sepadan dan tidak saling bertentangan maka proses sosialisasi diharapkan berjalan relatif lancer. Namun dalam masyarakat yang didalamnya terdapat agen sosialisasi dengan pesan yang bertentangan dijumpai kecenderungan bahwa warga masyarakat yang menjalani proses sosialisasi sering mengalami konflik pribadi karena diombang ambingkan oleh agen sosialisasi berlainan.
Sosialisasi Primer dan Sekunder
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para ahli berbicara mengenai bentuk bentuk proses sosialisasi setelah masa kanak-kanak (socialization after childhood), pendidikan sepanjang hidup (lifelong education), atau pendidikan berkesinambungan(continuing education). Light et al (1989) mengemukakan bahwa sosialisasi dini setelah sosialisasi primer kita menjumpai sosialisasi sekunder.
Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat ialah apa yang dinamakan proses resosialisasi yang didahului dngan proses desosialisasi. Dalam proses desosialisasi seseorang mengalami pencabutan diri yang dimilikinya, sedangkan dalam proses resosialisasi seseorang diberi sesuatu yang baru. Kedua proses ini sering dikaitkan dalam proses yang berlangsung dalam intitusi total.Suatu bentuk desosialisasi dan resosialisasi yang sering dibahas oleh kalangan ilmuan ialah praktek cuci otak.
Pola Sosialisasi
Menurut Jaeger pola sosialisasi ada dua, yaitu : sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman pada kesalahan,sedangkan sosialisasi partisipatoris menekankan pemberian imbalan manakala berperilaku baik.
INTERAKSI SOSIAL
Interaksionisme Simbolik
Untuk mempelajari interaksi social digunakan pendekatan tertentu , yang dikenal dengan nama interaksionist perspective (Doughlas 1973). Diantara berbagai pendekatan yang digunakan untuuk mempelajari interaksi social, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionisme simbolik (symbolik interactionisme).Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan ini adalah interaksi sosiol, kata simbolik mengcu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.
Herbert Blumer, salah seorang penganut pemikiran Mead, berusaha menjabarkan pemikira Mead mengenai interaksionisme simbolik. Menurut Blumer pokok pikiran interaksinisme simbolik ada tiga yang pertama adalah bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing)atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya.Pokok pikiran ketiga yang dikemukakan oleh Blumer adalah bahwa makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dihadapinya.
Difinisi Situasi
Berbeda dengan pandangan bahwa interaksi manusia merupakan pemberian tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus), maka menurut Thomas seseorang tidak segera memberikan reaksi manakala ia mendapat rangsangan dari luar.Menurutnya tindakan seseorang selaludidahului oleh suatu tahap penilaian dan pertimbangan, rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakan definisi atau penafsiran sesuatu.
Thomas membedakan antara dua macam definisi situasi : difinisi situasi yang dibuat secara sepontan oleh individu, dan difinisi situasi yang dibuat oleh masyarakat.
Aturan yang Mengatur Interaksi
Difinisi situasi yang menurut Thomas dibuat oleh masyarakat itu merupakan aturan yang mengatur nteraksi manusia.Menurut Karp dan W.C.Yoels (1979) ada tiga jenis aturan,yaitu aturan mengenai ruang,mengenai waktu, dan mengenai gerak sikap tubuh.
Komunikasi Nonverbal
Hall dan Hall mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal (nonverbal communication) atau bahasa tubuh (body language), yang menurutnya ada sebelum ada bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama yang dipelajari manusia, kita gunakan secara sadar ataupun tidak untuk menyampaikan perasaan pada orang lain. Menurut Karp dan Yoels studi sosiologi untuk gerak tubuh dan isyarat tangan dinamakan kinesics.
Interaksi dan Informasi
Untuk berinteraksi dengan oranglain seseorang perlu mempunyai informasi mengenai orang yang berada dihadapannya. Manakala ia asing bagi kita karena kita tidak mengetahui riwayat hidupnya atau tidak tahu kebudayaannya maka interaksi sukar dilakukan.
Kekurangan informasi mengenai orang yang tidak kita kenal yang kita jumpai kita atasi dengan mencari informasi. Sumber informasi yang yang disebutkan Karp dan Yoels ialah ciri fisik seperti jenis kelamin, usia, dan ras, serta penampilan daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan percakapan
Warna Kulit
Menurut Karp dan Yoels ciri yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin, usia dan ras sangat menentukan informasi. Dalam masyarakat yang mengenal diskriminasi ras, interaksi tergantung pada warna kulit orang yang berinteraksi.Misalnya seperti dinegara kita biasanya wisatawan asing lebih dihormati dari pada wisatawan dalam negeri dalam hal pelayanan seperti pramuniaga took ataupetugas hotel.
Usia
Usia pun merupakan suatu factor yang ikut menentukan pola interaksi. Dalam banyak masyarakat interaksi dengan orang yang dianggap lebih tua seperti kakek-nenek, ayah-ibu, paman –bibi sering berbeda dengan interaksi dengan orang yang sebaya serta dengan orang yang lebih muda.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi interaksi. Dalam percakapan dikalangan laki-laki isalnya, kita sering pokok bahasan tertentu yang tidak akan dibicarakan manakala acara tersebut dihadiri perempuan. Untuk menggaris bawahi peran penting jenis kelamin bagi kelancaran interaksi Karp dan Yoels mengisahkan kesukaran dalam berinteraksi yang terjadi manakala salah satu pihak jenis kelaminnya tidak jelas, misalnya karena sedang berada dalam proses perubahan jenis kelamin dari laki-laki menjadi perempuan.
Penampilan fisik
Sejumlah hasil penelitian yang dilakukan Karp dan Yoels memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan fisik menarik lebih mudah memperoleh pasangan, dan bahwa orang yang merasa dirinya kurang menarik merasa dirinya mengeluh karena mengalami kesukaran dalam pergaulan.
Goffman dan Prinsip Dramaturgi
Erving Goffman, salah seorang ahli sosiologi yang memberikan sumbangan penting terhadap kajian interaksi. Ia menggunakan prinsip yang dinamakan dramaturgi. Usaha Goffman untuk mempelajari interaksi dengan memakai bahasa dan khayalan teater ini agaknya diilhami oleh pendapat Sheakesper bahwa dunia merupakan suatu pantas dan semua laki-laki dan perenpuan merupakan pemain.
Menurut Goffman suatu perjumpaan masing-masing pihak secara sengaja maupun tidak membuat pernyataan (expression) pihak lain memperoleh kesan (impression). Goffman membedakan dua macam pernyataan yaitu : pernyataan yang diberikan, dan pernyataan yang dilepaskan.
Penggunaaan bahasa dan khayalan theater untuk menggambarkan kenyataan sosial terlihat dari konsep yang dipakai Goffman untuk menggambarkan situasi perjumpaan. Kegiatan seorang peserta untuk mempengaruhi peserta lain dalam suatu interaksi atau perjumpaan (encounter), misalnya, disebutnya “penampilan” (performance).
Tempat suatu kegiatan berlangsung secara teratur yang dikelilingi hambatan terhadap persepsi dinamakan social estabilishment. Tempat penyajian penampilan disebut kawasan depan (front region), disamping itu terdapat pula suatu kawasan belakang (back region) atau panggung belakang (back stage), tempat penampilan dikawasan depan dipersiapkan dan kesan yang disajikan melalui penampilan dibantah secara sadar melalui tindakan yang tidak sepadan dengan penampilan dikawasan depan.
Dengan sendirinya pendekatan Goffman ini mendapat kritik berbagai pihak .Goffman menyajikan para pelaku dalam interaksi sebagai penipu (con artist), sebagai manipulator yang berusaha menipu atau memanipulasikan peserta lain. Selain itu juga banyak pertanyaan yang sukar dijawab.
Dari Berjumpa Sampai Berpisah
Menurut Mark L. Napp tahap interaksi dapat kita bagi menjadi dua kelompok besar yaitu taha yang mendekatkan peserta interaksi, dan tahap yang menjauhkan mereka.
Tahap yang mendekatkan dirinci menjadi tahap memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integaring), dan mempertalian (bonding). Sedangkan dalam tahap menjauhkan dirinci menjadi tahap membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating).
Suatu hal yang perlu dikemukakan pula ialah bahwa knapp memvisualisasikantahap interaksi laksana jenjang- jenjangpada anak tangga. Kita dapat bergerak terus keatas sampai mencapai puncak anak tangga (pertalian), kita juga dapat bergerak terus kebawah sampai tangga terendah (pemutusan hubungan).Perlu kita perhatikan pada penahapan Knapp tidak menutup kemungkinan bagi urutan tahap berlainan dalam kebudayaan yang berbeda.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan agen sosialisasi keluarga terutama orang tua sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak, dan interaksi pada seseorang berhasil bila bergerak terus keatas seperti anak tanggasampai mencapai puncak anak tangga (pertalian).
Daftar Pustaka
Sunarto,Kamanto.2004.Pengantar Sosiologi.Jakarta.Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia