KATA PENGANTAR
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pembahasan bab yang akan kita pelajari ini. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Jakart, 14 November 2011
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... iii
1.1 Latar Belakang................................................................. iii
1.2 Rumusan Masalah............................................................ iv
1.3 Tujuan.............................................................................. v
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 1
2.1 Definisi Perubahan Sosial................................................... 1
2.2 Pola Perubahan Sosial..................................................... …. 3
2.3 Saluran-saluran Perubahan Sosial...................................... 5
2.4 Teori-Teori Modern Perubahan Sosial............................... 6
2.5 Perubaan Sosial di Asia Tenggara.................................... 11
BAB III KESIMPULAN……………………………………………….. 15
3.1 Kesimpulan.......................................................................... 15
3.2 Referensi.............................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu, kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama. Namun bukan berarti semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu. Dalam kelompok social yang telah tersusun susunan masyarakatnya akan terjadinya sebuah perubahan. Karena perubahan merupakan hal yang mutlak terjadi dimanapun tempatnya.Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas, ia dapat menyangkut “struktur sosial” atau “pola nilai dan norma” serta “peran”. Dengan demikina, istilah yang lebih lengkap mestinya adalah “perubahan sosial-kebudayaan” karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan itu sendiri.Cara yang paling sederhana untuk mengerti perubahan sosial (masyarakat) dan kebudayaan itu, adalah dengan membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri, bahkan jika ingin mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi mengenai perubahan mayarakat dan kebudayaan itu, maka suatu hal yang paling baik dilakukan adalah mencoba mengungkap semua kejadian yang sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Dengan demikian saya berharap dengan dibuatnya makalah ini kita dapat memahami makna dari perubahan sosial yang akan kita bahas berikut ini. iii
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan ini sebagai berikut : 1. Apa definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat dan bagaimana pendapat para ahli tentang perubahan sosial? 2. Apa yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial? 3. Sebutkan tipe-tipe dari perubahan sosial? iv 1.3 Tujuan Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar kita dapat memahami arti penting tentang Perubahan yang terjadi didalam masyarakat. Apakah perubahan itu mengenai alat transportasi, pertambahan penduduk, ataupun tingkah laku manusia. Cara yang paling sederhana untuk mengerti perubahan sosial tersebut adalah dengan membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri, maka suatu hal yang paling baik dilakukan adalah mencoba mengungkap semua kejadian yang sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Sehingga kita dapat mengerti apa yang terjadi dalam perubahan sosial. v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaharuan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial biasa tediri dari tiga tahap :
1. Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan
2. Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial.
3. Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat. Dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah utama yang perlu diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial (dan Wilbert E. Maore, Order and Change, Essay in Comparative Sosiology, New York, John Wiley & Sons, 1967 : 3. perubahan kebudayaan) itu sendiri.
Ahli-ahli sosiologi dan antropologi telah banyak membicarakannya. Menurut Max Weber dalam Berger (2004), bahwa, tindakan sosial atau aksi sosial (social action) tidak bisa dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh pelaku.
Tindakan sosial dapat dipisahkan menjadi empat macam tindakan menurut motifnya :
(1) tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu,
(2) tindakan berdasar atas adanya satu nilai tertentu,
(3) tindakan emosional, serta
(4) tindakan yang didasarkan pada adat kebiasaan (tradisi).
1 Anonim dalam Media Intelektual (2008) mengungkapkan bahwa, aksi sosial adalah aksi yang langsung menyangkut kepentingan sosial dan langsung datangnya dari masyarakat atau suatu organisasi, seperti aksi menuntut kenaikan upah atau gaji, menuntut perbaikan gizi dan kesehatan, dan lain-lain. Aksi sosial adalah aksi yang ringan syarat-syarat yang diperlukannya dibandingkan dengan aksi politik, maka aksi sosial lebih mudah digerakkan daripada aksi politik. Aksi sosial sangat penting bagi permulaan dan persiapan aksi politik. Dari aksi sosial, massa/demonstran bisa dibawa dan ditingkatkan ke aksi politik. Aksi sosial adalah alat untuk mendidik dan melatih keberanian rakyat. Keberanian itu dapat digunakan untuk: mengembangkan kekuatan aksi, menguji barisan aksi, mengukur kekuatan aksi dan kekuatan lawan serta untuk meningkatkan menjadi aksi politik.
Selanjutnya Netting, Ketther dan McMurtry (2004) berpendapat bahwa, aksi sosial merupakan bagian dari pekerjaan sosial yang memiliki komitmen untuk menjadi agen atau sumber bagi mereka yang berjuang menghadapi beragam masalah untuk memerlukan berbagai kebutuhan hidup. Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola perubahan, yaitu:
(1) Unfreezing, merupakan suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan untuk berubah,
(2) Changing, merupakan langkah tindakan, baik memperkuat driving forces maupun memperlemah resistences, dan
(3) Refreesing, membawa kembali kelompok kepada keseimbangan yang baru
(a new dynamic equilibrium). Pada dasarnya perilaku manusia lebih banyak dapat dipahami dengan melihat struktur tempat perilaku tersebut terjadi daripada melihat kepribadian individu yang melakukannya. Sifat struktural seperti sentralisasi, formalisasi dan stratifikasi jauh lebih erat hubungannya dengan perubahan dibandingkan kombinasi kepribadian tertentu di dalam organisasi. 2 2.2 Pola Perubahan Sosial Pola Linear Etzioni – Halevy dan Etzioni (1973 : 3-8) mengemukakan bahwa pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan sosial dapat digolongkan ke dalam beberapa pola. Pola pertama adalah pola linear, menurut pemikiran ini perkembangan masyarakat mengikuti suatu pola yang pasti. Contoh yang diberikan ET zioni – Halevy dan Etzioni mengenai pemikiran linear ini ialah karya Comte dan Spencer. Dalam teorinya yang dikenal dengan nama “hukum tiga tahap,” Comte mengemukakan bahwa sejarah memperlihatkan adanya tiga tahap yang dilalui peradaban. Pada tahap pertama yang diberinya nama tahap teologis dan militer, yaitu suatu tahapan dimana hubungan sosial bersifat militer, masyarakat senantiasa bertujuan untuk menundukan masyarakat lain. Pemikiran-pemikiran masyarakat dalam tahap ini ditandai oleh kuatnya pemikiran yang bersifat adikodrati, yaitu dikuasai oleh suatu kekuatan yang berasal dari luar diri manusia, kuatnya pemikiran magis regius, pemikiran yang bersifat rasional dan berdasarkan penelitian tidak dibenarkan. Tahap kedua, tahap metafisik dan yuridis, yaitu suatu tahapan dimana dalam masyarakat sudah terjadi adanya suatu hubungan atau jembatan pemikiran yang menghubungkan masyarakan militer dan masyarakat industri. Pengamatan atau penelitian masih dikuasai oleh imajinasi tetapi lambat laun semakin merubahnya dan menjadi dasar bagi suatu penelitian. Pada tahap ketiga dan terakhir, tahap ilmu pengetahuan dan industri, industri mendominasi hubungan sosial dan produksi menjadi tujuan utama masyarakat. 3 Pola Siklus Menurut pola kedua, pola siklus, masyarakat berkembang laksana suatu roda : kadang kala naik ke atas, kadangkala turun ke bawah contoh yang dikemukakan etzioni halevy dan etzioni ialah karya oswald spengler dan vilfredo pareto. Dalam tulisannya mengenai sirkulasi kaum elite (the circulation of elites) pareto mengemukakan bahwa dalam setiap masyarakat terhadap dua lapisan bawah atau nonelite dan lapisan atas, elite yang terdiri atas kaum aristokrat dan terbagi lagi dalam dua kelas, elite yang berkuasa dan elite yang tidak berkuasa. Gabungan Beberapa Pola Halevy Atzioni dan Etzioni memberikan dua contoh : salah satu di antaranya ialah teori konflik Karl Marx. Pandangan Marx bahwa sejarah manusia merupakan sejarah perjuangan terus menerus antara kelas-kelas dalam masyarakat sebenarnya mengandung enih pandang siklus karena setelah suatu kelas berhasil menguasai kelas lain menurutnya siklus serupa akan berulang lagi. Max Weber, salah satu tokoh yang menggabungkan pola siklus dan linear dalam melihat perubahan sosial. Pandangan siklusnya terlihat dalam mengkaji jenis wewenang yang ada dalam masyarakat. Menurutnya, di dalam masyarakat terdapat tiga jenis wewenang, yaitu wewenang kharismatis, rasional-legal, dan tradisional. Wewenang yang ada dalam masyarakat akan beralih-alih: wewenang kharismatis akan mengalami rutinisasi sehingga berubah menjadi wewenang tradisional atau rasional legal, kemudian akan muncul wewenang kharismatis kembali, dan itu akan berulang lagi. Sedangkan pandangan linearnya terlihat dari cara memandang masyarakat, bahwa perubahan masyarakat akan menuju kearah peningkatan yaitu masyarakat yang rasional (rasionalitas). 4
2.3 Saluran-saluran Perubahan Sosial
saluran-saluran dalam proses perubahan adalah lembaga-lembaga kemasyarakat dalam bidang pemerintah, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan yang merupakan titik tolak tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa yang tertentu. Disorganisasi atau Disintegrasi Proses perpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan. Reorganisasi atau reintegrasi Proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang baru agar sesuai dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. Contoh Kasus : “Perubahan Kota Pekanbaru Untuk Membangun Wisata Unggulan” Menjelang hari jadi yang ke 225, Pekanbaru sebagai kota besar yang terkenal dengan perkembangan bisnisnya dapat meningkatkan prestasi dengan menjadi tujuan wisata unggulan dalam menarik minat para wisatawan baik dari dalam negeri maupun dari manca negara,hal ini karena pekanbaru memiliki potensi-potensi yang besar dari segi pariwisata. Dalam mewujudkan itu tentunya dengan menggunakan ide-ide yang cemerlang, seperti memberikan daya tarik dan daya ungkit pada pelayanan bagi para wisatawan dalam berbagai bidang, baik dari segi hiburan, kesehatan maupun pendidikan.
5 “Wisatawan itu bukanlah hanya yang berasal dari luar negeri saja, para pengunjung dari dalam negeri dan dari daerah juga bisa dikatakan wisatawan, bisa untuk memperoleh pelayanan kesehatan atau mengembangkan pendidikan. Karena selain momennya tepat pada waktu liburan, perang diskon juga dapat memancing pada wisatawan untuk berkunjung, yang biasanya ke Malaysia bisa beralih ke Pekanbaru. 2.4 Teori-Teori Modern Perubahan Sosial Pada umumnya para penganut teori modern perubahan sosial melihat perubahan sosial pada Negara-negara berkembang secara linear (bergerak dari tradisional ke modernitas) dan evolusioner (berjalan lambat). Di lain pihak, ada pandangan penganut teori konflik, yaitu mereka yang melihat bahwa sebenarnya perubahan itu tidak membawa dampak kemajuan bagi Negara-negara berkembang. Yang terjadi sebaliknya, Negara-negara berkembang menjadi Negara yang terbelakang dan menciptakan ketergantungan Negara berkembang kepada Negara-negara industri maju di barat. Berikut ini adalah beberapa pandangan teori modern perubahan sosial : a. Teori Modernisasi Teori ini berpandangan bahwa Negara-negara terbelakang akan meniru seperti apa yang telah dilakukan oleh Negara-negara industri maju. Dengan meniru Negara-negara maju mereka akan menjadi Negara berkembang melalui proses modernisasi. Negara-negara terbelakang dipandang perlu untuk merubah keadaan tradisionalnya kearah yang lebih modern dengan memperbaiki sejumlah kekurangannya. Sejumlah perbaikan itu menyangkut: menurunnya angka kematian dan kelahiran, menurunnya ukuran dan pengaruh keluarga, terbukanya sistem stratifikasi, perubahan sistem feodal ke birokrasi, menurunnya pengaruh agama, beralihnya system pendidikan dari keluarga dan komunitas ke sistem pendidikan formal, munculnya kebudayaan massa, dan munculnya perekonomian pasar dan industrialisasi. (Kamanto Sunarto dikutip Etzioni, 1973:177). 6 b. Teori Ketergantungan (Dependencia) Teori ini berpandangan bahwa berdasarkan pengalaman kepada Negara-negara Amerika Latin telah terjadi perkembangan dunia yang tidak merata. Di satu pihak Negara-negara maju mengalami perkembangan, di lain pihak secara bersamaan Negara-negara dunia ketiga mengalami kolonialisme dan neo-kolonialisme bahkan justru menjadi semakin terbelakang, dunia ketiga tidak mengalami tahap “tinggal landas”. Keadaan ini menciptakan Negara dunia ketiga yang ekonominya berbasis kepada sumber daya alam selalu tergantung pada Negara industri maju. c. Teori Sistem Dunia Teori ini
7 d. Penyebab Perubahan Sosial
Prof.Dr.Soerjono menyebutkan, ada dua faktor yang menyebabkan perubahan sosial dalam masyarakat, yaitu :
Faktor Intern
• Bertambah dan berkurangnya penduduk
• Adanya penemuan-penemuan baru yang meliputi berbagai proses.
• Konflik dalam masyarakat(pertentangan) yang dimaksud adalah konflik antara individu dalam masyarakatnya, antara kelompok dan lain-lain
• Pemberontakan dalam tubuh masyarakat Revolusi Indonesia 17 Agustus 1945 mengubah struktur pemerintahan colonial menjadi pemerintah nasional dan berbagai perubahan struktur yang mengikutinya.
Faktor Ekstern
• Faktor alam yang ada di sekitar masyarakat yang berubah, seperti bencana alam
• Pengaruh kebudayaan lain dengan melalui adanya kontak kebudayaan antara dua masyarakat atau lebih yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Akulturasi dan asimilasi kebudayaan berperan dalam perubahan ini.
Pembangunan dan Modernisasi a. Konsep Pembangunan dan Modernisasi Pembangunan mengandung makna sebuah perubahan sosial secara positif yang direncanakan, terarah, dan dilakukan dengan sadar atau disengaja. Modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi dunia sekarang ini. Menurut Schorrl (1980), modernisasi adalah proses penerpana ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam semua segi kehidupan manusia dengan tingkat yang berbeda-beda tetapi tujuan utamanya untuk mencari tarap hidup yang lebih baik dan nyaman dalam arti yang seluas-luasnya, sepanjang masih dapat diterima oleh masyarakat yang bersangkutan.
8 Modenisasi dapat terwujud melalui beberapa syarat, yaitu :
1) Cara berpikir ilmiah yang institusionalized baik kelas penguasa mauapun masyarakat.
2) System administrasi Negara yang baik yang benar-benar mewujud birokrasi.
3) Adanya pengumpulan system pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu atau lembaga tertentu.
4) Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap modernisasi dengan penggunaan alat komunikasi massa.
Ciri-ciri Modenisasi
1) Naturitas kebutuhan material dan ajang persaingan kebutuhan manusia.
2) Kemajuan teknologi dan industrialisasi, individualisasi, sekularisasi, diferensiasi, dan akulturasi.
3) Modern banyak memberi kemudahan bagi manusia.
4) Berkat jasanya, hamper semua keinginan manusia terpenuhi.
5) Modernisasi juga memberikan melahirkan teori baru.
6) Mekanisme masyarakat berubah menuju prinsip dan logika ekonomi serta orientasi kebendaan yang berlebihan.
7) Kehidupan seorang perhatian religiusnya dicurahkan untuk bekerja dan menumpuk kekayaan.
b. Faktor-faktor Budaya yang Menghambat Pembangunan
Pembangunan tidak selalu berjalan mulus, karena dihadapkan beberapa permasalahan, salah satunya permasalahan mentalitas atau budaya. Ada budaya-budaya yang menghambat proses pembangunan baik yang bersifat psikologis, persepsi yang keliru, tradisi, dan sikap mental yang kurang mendukung.
c. Kebudayaan Global dan Globalisasi
Kebudayaan global adalah suatu kebudayaan yang tidak dimiliki oleh banyak bangsa (kelompok sosial) tapi juga merupakan kebudayaan yang dimiliki oleh banyak bangsa di dunia. Menurut Selo Sumarjan, globalisasi adalah suatu proses terbentuknya system organisasi dan komunitas antara masyarakat di seluruh dunia, yang bertujuan untuk mengikuti system dan kaidah-kaidah tertentu yang sama, contoh: PBB, OKI, ASEAN, beserta hukum-hukum internasional seperti HAM yang tertuang dalam piagam PBB. Respon masyarakat terhadap globalisasi Globalisasi akan menimbulkan gejala perubahan terhadap kelompok sosial yang bersangkutan. Pada setiap gejala perubahan akan menimbulkan konflik atau perbedaan sudut pandang yang terjadi antar kelompok sosial yang menerima dan menolak arus globalisasi tersebut.
Dampak globalisasi terhadap budaya Indonesia
1. Dampak positif globalisasi
a. Di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, melalui sarana telekomunikasi seperti radio, televise, film, dan sarana elektronik lainnya
b. Di bidang sumber daya manusia, globalisasi menumbuhkan kinerja yang berwawasan luas dan beretos kerja tinggi
c. Di bidang sosial budaya, globalisasi dapat menumbuhkan dinamika yang terbuka dan tanggap terhadap unsur-unsur pembaruan
2. Dampak negative globalisasi
a. Guncangan budaya
. Ketimpangan budaya
c. Pergeseran nilai-nilai budaya yang menimbulkan anomie
2.5 Perubahan Sosial Di Asia Tenggara
Menurut J.F. Furnifall (dalam Hans Dieter Evers, 1980:86-96), masyarakat plural yang digambarkannya berasal dari beragamnya tingkat kemampuan ekonomi produktif (plural economy), sehingga membuat disparatis dalam distribusi pendapatan masyarakat. Selanjutnya untuk mengatasi masalah kemajemukan masyarakat yang berimplikasi kepada dinamika perubahan masyarakat di asia, maka disarankan adanya
unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembangunan.
1. Caste : Masyarakat yang berkasta India (jajahan Inggris), akibat ideologi agama yang dianut. Kondisi ini memacu feodalisme di negeri Asia yang berasal dari sistem pemerintahan kerajaan, seperti di Jawa.
2. Law : Negara jajahan Inggris memiliki pengaruh kuat dalam pola liberalisasi yang dikembnagkan. Tetapi pengembangan azas demokrasi ini juga disertai dengan pemaksaan untuk tunduk kepada aturan-aturan yang dibentuk dalam rangka penataan sistem social yang ada.
3. Nasionalism : Semangat nasionalisme akibat dimilikinya pola hidup liberalism, memacu adanya integrasi dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas, sehingga mengatasi perbedaan adanya fenomena kesukuan, perbedaan tingkat kekayaan, agama dan lain-lain.
4. Federalism : Untuk mengatasi sulitnya integrasi secara nosional, maka perlu dikembangkan ditingkat local dengan memberi mandate dengan kewenangan penuh kepada daerah. Sistem koordinasi dengan sub-ordinasi ini lebih efisien, dan secara politis ada sharing kekuasaan atau distribusi kekuasaan secara lebih merata dan mendekati rasa keadilan. Pluralisme memang menjadi beban bagi pemerintahan Negara berkembang yang berada di Asia. Pembangunan yang direncanakan butuh pendekatan khusus, dengan pertimbangan lebih spesifik. Sebab sejauh ini masalah yang bisa timbul dari pluralisme masyarakat adalah ledakan perpecahan yang dahsyat yaitu dis-integrasi sosial. 11 Loosely Struktured Social System Hilangnya stuktur sistem social dalam masyarakat asli, terlihat dalam indicator perilaku social yang meliputi berbagai hubungan antara berbagai lembaga-lembaga tradisional yang ada dalam susunan masyarakat. Tentunya akan memberi warna cukup spesifik dalam perilaku anggota masyarakat; bagaimana hubungan antara orang tua dengan anak, hubungan antara berbagai lapisan masyarakat yang terbentuk secara foedal-tradisional. Involusi Pemikiran tentang involusi pertanian adalah merupakan sejarah social ekonomi di Pulau Jawa yang secara sistematis menjelaskan kesulitan-kesulitan pemerintah Indonesia ketika mulai lepas landas kepertumbuhan ekonomi yang berlanjut atau lebih dikenal sebagai sustained economic growth (1983). Involusi sendiri diambil dari istilah Antropologi yang diperoleh dari Alexander Goldenweiser, yang dipakai untuk melukiskan pola kebudayaan yang sudah mencapai bentuk yang pasti tidak berhasil menstabilisasikannya atau mengubahnya menjadi suatu pola baru, tetapi terus-menerus berkembang ke dalam sehingga semakin rumit.
Konsekuensi adanya involusi pertanian adalah:
1. Konsekuensi dari adanya involusi usahatani, ialah bahwa tingkat produktivitas tidak menaik (bahkan turun) mendorong pembagian rezeki kepada pembagian tingkat nafkah yang rendah bagi semua.
2. pengertian involusi dapat diperluas pada satuan usaha lain (bukan pertanian saja), bahkan seluruh sector kehidupan, misalnya perdaganganindustri rumah tanggakarena keuntungan masing-masing produksi menjadi semakin kecil.
3. akibat dari involusi ini adalah telah menjalar pada bidang-bidang lain; pada pelapisan masyarakat desa, hubungan keluarga, bahkan pada pola kepercayaan dan lain-lain.
12 4. tulisan Geertz dapat untuk perbandingan dengan tulisan lain yang memiliki kesetaraan dalam memandang, proses terjadinya kemiskinan di desa. Contah Ekonomi Subsistensi (James C. Scott, 1976), yang mempersoalkan kehidupan secukup hidup para petani, atau lebih popular disebut sebagai reaksi menghadapi krisis subsistensi. 5. Modernization, Industrialization dan Pembangunan. Konsepsi Modernization, Industrialization dan Pembangunan (Modernization, Industrialization and development), merupakan tipologi pola pengembangan teori yang cukup berbeda. Modernisasi adalah suatu proses trasformasi besar masyarakat, suatu perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, istilah yang paling spektakuler dalam suatu masyarakat meliputi perubahan teknik-teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern (J.W.Schoorl, 1982:1). Gejala modernisasi adalah meliputi segala-galanya, sehingga tidak dapat diputuskan hanya sebagai satu bidang masalah ilmiah saja, tetapi menjadi urusan dari segala bidang keahlian saja, karena modernisasi telah menjadi seluruh proses. Konsep-konsep pembangunan sangat tergantung dari kekuatan masyarakat dalam menerima konsep modernisasi dan industrialisasi. Perubahan Nilai dan Pola Perilaku Perubahan perilaku masyarakat dari masyarakat transisi (dari masyarakat agraris) ke masyarakat modern akan mengubah pola-pola hubungan kerja secara keseluruhan. Karena pengaruh tersebut maka hubungan pola tersebut menjadi kurang efektif. 13
Bentuk_bentuknya sebagai berikut :
1. Hubungan perburuhan dalam industri akan mengubah pola perilaku manusia dalam hubungan kerja yang dibentuknya
2. Hubungan manusia akan mengalami perubahan, sesuai dengan pergeseran penghargaan manusia terhadap konsep waktu, nilai kerja, masa depan, keluarga dan lain-lain.
3. Orang modern telah mulai menilai bahwa tradisi nenek moyang ada kalanya dapat ditinggalkan tergantung kepada tingkat kebutuhan yang dirasakan.
4. Perhatian yang sangat kuat terhadap pendidikan bagi generasi muda secara terbuka, tidak hanya berpikir untuk hari ini tetapi juga untuk jangka panjang anak-anak keturunannya.
5. semakin kuatnya hubungan inti, dan menjadi lemahnya hubungan keluarga batih. 6. Relasi hubungan orang tua dengan anak mengalami perubahan yang radikal, menyebabkan tanggung jawab, nilai, perilaku ekonomi mengalami pergeseran.
7. Akibat sosio-psikologi dari perubahan dalam pola hubungan kekeluargaan, dengan semakin teralinasi oleh norma konsumsi, dan nilai material yang memiliki relevansi kuat dalam kehidupan yang dihadapi. 14
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan Perubahan sosial merupakan suatu hal yang tak dapat dihindari oleh manusia. Karena kita sadar bahwa dari hari ke hari kondisi dunia ini terus mengalami perkembangan dan perubahan dari berbagai aspek. Sebagai manusia, tentu saja kita harus menyambut baik adanya perubahan ini, karena andaikata kita acuh terhadap perubahan, itu artinya kita tidak siap untuk hidup. Tetapi, perlu kita sadari bahwa perubahan itu ada yang berdampak baik, dan adapula yang berdampak buruk. Sebagaimana muslim, sepatutnya tidak setiap perubahan yang kita hadapi diterima secara langsung, tetapi kita harus memilih perubahan yang mengarah kepada kebaikan kita, dan tidak merugikan. 15 3.2 Reverensi www.google.com
DAFTAR PUSTAKA
Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan.
http:// www.g-excess.com/id/pages/perubahan%11sosial.html [5 September 2009] SOSIOLOGI KOMUNIKASI.
http://agussetiaman.wordpress.com/2008/11/25/perubahan-sosial/ [5 September 2009] Makalah Perubahan Sosial.
http://syair79.wordpress.com/2009/04/17/makalah-perubahan-sosial/ [5 September 2009] Alpizar. 2008. Islam dan Perubahan Sosial.
http://www.uinsuska.info/ushuluddin/attachments/074_ISLAM%20DAN%20PERUBAHAN%20SOSIAL.pdf [8 September 2009] Assa’di Husain. 2009. Islam dan Perubahan Sosial.
http://abstrakkonkrit.wordpress.com/2009/05/01/islam-dan-perubahan-sosial/ [5 September 2009]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar